Berita

Yuk Pakai Akal Sehat Untuk Pilih Pemimpin di 2024

tempat-pemungutan-suara-tps-68-pondok-aren-tangerang-selatan-di-pemilihan-umum-pilkada-walikota-tangerang-selatan-cnbc-indones-8_169

Foto: Ilustrasi pemilu (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Every nation gets the government it deserves.”

Kalimat tersebut disampaikan oleh Joseph de Maistre, seorang filsuf anti revolusi Prancis, berabad silam lalu. Ia memposisikan dirinya kontra terhadap pencerahan, Revolusi Prancis dan teguh berpendirian bahwa pemerintahan berdasar mandat Tuhan adalah bentuk pemerintahan paling stabil.

de Maistre menyebut kekerasan dan ketidakstabilan adalah faktor inheren dalam demokrasi. Karena itu, de Maistre menyerukan restorasi Dinasti Bourbon di Prancis. Namun Prancis sudah memilih jalan pencerahan dan rasionalitas. Kemerdekaan, persaudaraan, dan kesetaraan menjadi dasar dari revolusi industri yang mengiringinya.

Jika diperkenankan melakukan tafsir ulang dari premis de Maistre, setiap negara mendapatkan pemerintahan yang layak mereka dapatkan, sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.

Apakah Indonesia ingin rezim otoriter, komunis, nasionalis, sosialis atau demokrasi liberal atau Pancasila, kita sudah pernah memilih demokrasi dan akan memilih lagi. Pilihannya adalah demokrasi macam apa yang akan dipilih Indonesia sebagai bangsa.

Idealnya, konstitusi, prosedur demokrasi, pemilihan calon pemimpin, harus berbasis nilai yang universal seperti kemerdekaan dan kesetaraan. Demokrasi seharusnya bukan sekedar suara mayoritas, namun demokrasi sesungguhnya harus mengusung etika, norma, perlindungan minoritas, dan kesetaraan.

Menjelang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024, kita dihadapkan kembali pada pilihan. Namun, apakah rakyat dapat memilih dengan kesempatan yang setara, secara prosedural mungkin bisa.

Namun jangan lupa, meminjam istilah hegemoni wacana Antonio Gramsci, pemilih saat ini berhadapan dengan penguasaan aset informasi dan struktur kuasa yang dapat menghegemoni wacana, bahkan membungkam narasi kritis.

Hegemoni wacana di era keterbukaan dan masifnya teknologi informasi ini sayangnya justru tidak dimanfaatkan dengan maksimal untuk mencerdaskan bangsa dengan narasi yang berkualitas. Namun disalahgunakan sebagai ajang kontestasi dan dominasi kuasa yang ditujukan untuk membatasi pilihan rakyat untuk bisa berpikir rasional dan menentukan sikap serta pilihan.

Hegemoni wacana dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memanipulasi sumber informasi supaya seolah-olah kredibel, menyerang dan mendiskreditkan pihak yang kritis dengan cara yang seolah-olah terjadi secara organik, dan menggunakan suprastruktur untuk mengintimidasi tanpa kekerasan.

nstrumen kuasa semacam ini justru sangat berbahaya, karena media yang idealnya berfungsi sebagai arena diskursus wacana menuju pencerahan, justru menjadi instrumen hegemoni wacara untuk melanggengkan struktur kuasa. Kita bahkan belum menghitung struktur kuasa lain di luar media. Hal ini akan mendistorsi kemampuan masyarakat untuk berpikir jernih dalam memutuskan.

Untuk itu, sebagai warga negara Indonesia, saya hanya bisa mengajak para pemilih untuk betul-betul mencerna apa yang disajikan di berbagai media saat ini. Mari kita kembali menggunakan akal sehat untuk memilah informasi yang kita cerna. Dengan begitu, harapannya demokrasi yang berasaskan kesetaraan, persaudaraan dan kebebasan bisa juga menjadi asas bernegara Indonesia.

Di sinilah premis Joseph de Maistre mendapatkan ruangnya untuk menanyakan pemerintahan seperti apa yang akan kita pilih. Dengan rasionalitas pilihan yang telah ditimbang, dicerna dan diinternalisasi maka di sanalah pemerintahan yang selayaknya bakal kita dapatkan.

Pada akhirnya, kita semua sepakat Indonesia ke depan harus maju dengan memilih calon pemimpin yang bisa berdiri di atas kepentingan kesetaraan, persaudaraan dan kebebasan yang bertanggungjawab.

 

 

Tentang penulis:

Sofyan Herbowo

Sofyan Herbowo merupakan mantan ASN Komisi Penyiaran Indonesia Pusat yang saat ini berprofesi sebagai konsultan public affairs dan public relations. Ia berpengalaman lebih dari 20 tahun membantu berbagai lembaga pemerintahan dan perusahaan swasta nasional maupun internasional dalam komunikasi dan kebijakan publik. Sofyan yang merupakan lulusan Fisipol UGM saat ini dipercaya sebagai Wakil Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia dan Director of Public Affairs Praxis Public Relations. Ia juga aktif terlibat dalam beberapa riset terkait keterbukaan informasi dan dan kebijakan publik.

 

Sumber artikel:

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20231108154329-14-487442/yuk-pakai-akal-sehat-untuk-pilih-pemimpin-di-2024

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

Postingan Terbaru

Future Vs What’s Not Going to Change?

Oleh: Agung Laksamana. Penulis adalah Ketua Public Affairs Forum Indonesia Artikel Iconomics – Jeff Bezos adalah Founder dan CEO Amazon, perusahaan global teknologi. Saat ini, Bezos juga salah satu orang terkaya di dunia. Dalam beberapa diskusi bersama para chief executive officer (CEO) dan eksekutif perusahaan, ia menceritakan sering mendapat pertanyaan tentang prediksi pada perubahan yang akan terjadi

Inikah Akhir Dari Social Network?

Oleh: Agung Laksamana. Penulis adalah Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia dan Dewan Kehormatan Perhumas   Iconomics – Judul “Inikah Akhir Dari Social Network?” sensasional. Judul aslinya adalah “The End of the Social Network”. Judul tersebut menjadi cover story majalah The Economist edisi 3 Februari 2024 lalu. Jadi tentunya masih hangat. Topik yang diangkat tersebut

Tantangan Industri Public Affairs di Masa Kini

Peran dan fungsi Public Affairs (PA) yang dimaksimalkan dalam sebuah perusahaan akan memberikan dampak terhadap kemajuan bisnis, mengingat PA merupakan fungsi yang strategis. Masuk di era yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian saat ini, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi praktisi PA. PAFI secara khusus melakukan wawancara dengan Boy Arno Muhamad, Ketua ESG PAFI yang juga

Pentingnya Bijak dan Menjaga Etika Bermedia Sosial

Arif Reza Fahlepi S.S M.Ikom, Ketua Kemitraan PAFI   Era modern saat ini, perkembangan media sosial cukup cepat dan digunakan oleh banyak kalangan dan usia. Ada banyak tujuan penggunaan media sosial, baik sebagai media berbagi informasi, membangun koneksi bahkan dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat baik pesan melalui konten maupun lewat komentar-komentar yang disematkan. Dalam penggunaannya,

Scroll to Top
Chat WhatsApp
1
Butuh Bantuan?
Selamat Datang di Website Resmi Public Affairs Forum Indonesia.

Silahkan Menghubungi Kami Untuk Mengetahui Informasi Lebih Lanjut.