The Iconomics kembali menggelar webinar Corporate Communications Talk: “Synergy of Financial Industry With The Media”. Acara ini menghadirkan pembicara Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Rahayu Puspasari, Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK Anto Prabowo, Founder Forum Public Affairs Indonesia Agung Laksamana, dan Presiden Direktur Solopos Group dan Harian Jogja Arif Budisusilo dan Pemimpin Redaksi The Iconomics Arif Hatta selaku moderator.
Acara yang berlangsung secara virtual ini merupakan upaya untuk meningkatkan sinergi antara pranata humas lembaga keuangan dan corporate communication industri keuangan di Indonesia dengan media di Indonesia. Para pembicara melakukan sharing pengalaman yang dilakukan, berbagi strategi dan insight dalam menjalin kolaborasi antara humas dan corcom dengan media massa.
Saat membuka acara ini, Founder & CEO The Iconomics Bram S. Putro mengatakan perusahaan jasa keuangan adalah bisnis yang berbasis trust, tingginya trust akan menjadi kunci bagi perbankan, asuransi, multifinance, fintech, dana pensiun dan jasa keuangan lainnya. Peran komunikasi perusahaan jasa keuangan ke publik atau nasabah menjadi penting, dan peran dari praktisi dari corporate communication sangat penting dalam membangun komunikasi dengan stakeholder. Banyak saluran yang digunakan sebagai saluran komunikasi, baik media massa maupun media komunikasi alternatif seperti social media atau lainnya. Media massa dapat menjadi di era post truth ini media massa dapat menjadi kawan kolaborasi bagi para pihak dalam memberikan informasi yang tepercaya. Bram juga mengingatkan sinergi antara media dengan para praktisi humas/corcom harus terus dilakukan secara berkelanjutan.
Adapun mengawali webinar, Anto Prabowo memaparkan aktivitas kehumasan yang dilakukan OJK. “Ada satu hal dari keberadaan praktisi kehumasan OJK yang memiliki peran sebagai pengawas industri keuangan, keberadaan sebagai praktisi kehumasan ini harus bisa menyampaikan bahwa organisasi kita ini memiliki nilai atau manfaat bagi stakeholder,” papar Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK. Ia mengatakan OJK selama 10 tahun ini terus berusaha membangun trust antar lembaga keuangan di Indonesia.
Strategi dan kegiatan komunikasi publik yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2021 tercatat total kegiatan komunikasi sebanyak 5.122 kegiatan dan sebanyak 4.459 kegiatan (87,5%) dilakukan secara online. Dengan total pemberitaan terkait OJK adalah 65.864 artikel dengan sentimen positif 56.719 (86,11%), Netral 7.358 (11,17%) dan negatif 1.787 (2,71%) dan kesesuaian isi berita yang bersumber dari siaran pers adalah 74,41% dengan sentimen pemberitaan positif 89,19%, 10,81% sentimen netral dan tidak ada pemberitaan negatif.
Total pertumbuhan audiens media sosial OJK dari seluruh platform media sosial adalah 901.571 (naik 23,86% dari 2020). Instagram tumbuh 30%, Twitter tumbuh 43%, Facebook tumbuh 34% dan YouTube tumbuh 89% dan untuk konten media sosial 1.805 (naik 10,58% dari 2020) jumlah percakapan 317.912 (naik 96,61% dari 2020), dengan sentimen positif 108.646 (naik 50,02% dari 2020).
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Rahayu Puspasari memaparkan hal yang dilakukan oleh humas kementerian keuangan dalam bersinergi dengan media dengan melakukan banyak strategi komunikasi publik dengan pondasi golden rule 2 prinsip yakni kredibilitas dan kepercayaan. Tantangan komunikasi Publik humas Kemenkeu kepada masyarakat adalah menjelaskan terkait Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara lengkap dan rinci melalui berbagai platform media digital dan komunikasi. Pasalnya, APBN merupakan topik yang kurang diminati karena berisi hal-hal yang berkaitan mengenai data-data ekonomi, sehingga dibutuhkan strategi khusus dalam menyederhanakan pesan mengenai APBN untuk men-deliver isu keuangan negara dengan proper, salah satunya dengan terus menjalin hubungan dengan media dari berbagai level. Mulai dari level pemimpin redaksi, editor, jurnalis, dan dengan intitusi media. Di akhir paparannya Puspa mengatakan bahwa media massa merupakan sparing partner pemerintah. Hubungan pemerintah dengan media menjadi hubungan simbiosis mutualisme yang saling mendukung ruang komunikasi publik yang deliberatif dan demokratis sehingga memunculkan hope dan optimisme kepada masyarakat. Menurutnya, kehadiran media menjadi kunci dan memiliki peran yang sangat critical untuk menciptakan hope dan optimisme.
Adapun Founder Forum Public Affairs Indonesia Agung Laksamana mengatakan era Next Normal menuntut seorang praktisi PR dan corcom untuk adaptif memanfaatkan transformasi digital. Transformasi digital berjalan begitu cepat dan memaksa praktisi corporate communication untuk beradaptasi. Saat ini tantangan seorang praktisi PR begitu banyak dan kompleks. Ada pula tantangan Covid-19, perubahan lanskap bisnis, beralihnya orang ke mobile, lanskap media yang berubah, banyaknya hoax dan fakenews, fake influencer, dan banjirnya informasi yang menuntut seorang praktisi PR harus dapat beradaptasi dan mengatasi kondisi tersebut. Seorang praktisi humas juga harus Know Your Media and How To Reach Them? Selektif dalam memilih media yang digunakan akan berdampak terhadap keefektifan informasi atau konten yang disampaikan karena saat ini 85% orang menggunakan smartphone untuk mengakses berita atau informasi, 60% menggunakan WhatsApp menjadi pilihan utama masyarakat untuk membagikan berita atau informasi, 56% generasi baby boomer (lahir pada 1955 – 1963) masih mengakses Facebook setiap hari. Agung juga memberikan formula Right Content + Right People + Right Time + Right Channel + Personalization yang dapat digunakan oleh praktisi PR.
Dari pandangan sisi praktisi media, Arif Budisusilo menyampaikan paparannya yang berjudul “The New Media Dynamics: How To Adapt With.” Teknologi mendorong perubahan perilaku di semua aktifitas yang terakit dengan komunikasi dan terutama di media. Dalam 5 tahun terakhir lanskap media di Indonesia berubah cepat sekali dan mempengaruhi semua hal. Dan 2 tahun terakhir, semua mengalami pandemi Covid-19 dan menjadi disruptor baru bagi media. Ia menilai konsumsi masyarakat terhadap informasi juga mengalami pergeseran yang signifikan, dan media harus adaptasi dengan kondisi ini. Adaptasi pertama dilakukan di mulai dari proses bisnis yang harus terintegrasi, distribution channel, saat ini media harus multiplatform, multichannels, dan convergens. Media sekarang juga sudah multiproduct, saat ini konten media bukan lagi hanya berisi teks dan foto, tetapi produk media saat ini sudah memadukan banyak produk seperti video infografik, konten interaktif,dan motiographic.
Direktur Presiden Direktur Solopos Group dan Harian Jogja ini menyampaikan beberapa saran terhadap praktisi corcom dan humas di industri keuangan di tengah dinamika bisnis sektor keuangan yang bergerak kencang. Di tengah perubahan behaviour konsumen yang berubah drastis diperlukan cara baru dalam berkomunikasi dengan media, terutama dalam menjawab isu-isu seputar industri keuangan. Menurutnya, membanjiri media dengan press release saja tidak cukup, praktisi corcomm/humas harus membangun engagement, strategic collaboration yang sinergis menjadi sebuah kebutuhan baru. Membangun hubungan dekat editor penting, namun pendalaman cara membangun “konsep pesan” yang relevan secara kolaborasi saat ini jauh lebih diperlukan untuk mengurangi risiko ketersesatan persepsi publik bisa dalam bentuk pengemasan pesan dengan perkuat literasi publik dengan pesan tools yang relevan dan lebih native, atau dengan menggunakan narasi storytelling. Dengan cara-cara ini akan semakin memaksimalkan pesan yang ingin disampaikan kepada publik dan menghindari kesalahpahaman informasi di masyarakat, pungkasnya.
Sumber : theiconomics.com