Berita

Gerakan Solidaritas Nasional: Sebuah Tantangan Melembagakan Relawan Politik

IMG-20241103-WA0028-905x613

Oleh: Sofyan Herbowo. Penulis adalah Director Public Affairs Praxis dan Waketum Public Affairs Forum Indonesia.

 

Presiden Prabowo Subianto meresmikan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), sebuah organisasi sosial baru yang bertujuan untuk mendukung kebijakan Pemerintahan Prabowo-Gibran, pada Sabtu (02/11/2024) di Indonesia Arena, Senayan, Jakarta. GSN sendiri dinahkodai oleh Roslan Roeslani sebagai ketua umum. Berbagai tokoh nasional dan relawan tim sukses (timses) Prabowo-Gibran diklaim bergabung dalam organisasi ini. Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani sendiri ketika diwawancara oleh media tidak mengelak bahwa GSN adalah bentuk transformasi dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran saat masa kampanye Pilpres lalu, dengan pengecualian tentang “pertarungan-pertarungan” politik elektoral layaknya masa Pemilu.

GSN sebagai wadah bagi kekuatan politik penyokong Presiden-Wakil Presiden terpilih kini merentang nasib, di satu sisi organisasi ini adalah kekuatan komplementer di luar koalisi partai politik yang terakomodasi rapi dalam Kabinet Merah Putih, namun di sisi lain GSN juga sebuah organisasi yang berusaha “mengawal” gagasan politik dalam lingkup yang lebih luas. Bagaimana GSN bisa membentuk diri dengan berbagai tantangan yang ada?

Belajar Dari Barack Obama

Transformasi timses dan relawan politik menjadi organisasi sosial yang tetap berorientasi pada aras politik seperti GSN memang bukan kali pertama dalam sejarah. Setidaknya GSN bisa belajar dari pemberdayaan “pasukan” Barack Obama melalui OFA. Lahir pada tahun 2008 dalam rangka kampanye presidensial pertamanya dengan nama “Obama For America”, OFA menghimpun berbagai relawan politik sebagai pendonor kampanye, tim manajerial teknis, hingga pasukan door-to-door militan yang menghantarkan kemenangan Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Ketika 4 tahun kepemimpinan Obama, OFA bersalin wajah menjadi “Organizing for America” yang terintegrasi dengan Komite Nasional Partai Demokrat, berisi kumpulan pakar politik elektoral yang menjadi “pasukan akar rumput”. Mereka bertugas untuk terjun ke lapangan dan memastikan program pemerintahan Obama bisa tereksekusi dengan baik, dan memberikan umpan balik dengan berbagai skema kepada Gedung Putih agar misi politik Presiden bisa dirasakan oleh publik.

Ketika Obama mencalonkan kembali pada Pemilu 2012, OFA bergerak dengan memanfaatkan jaringan elektoral yang sudah nyaris tertata rapi selama 4 tahun sebelumnya. Ketika Obama terpilih kembali, “Organizing for America” juga bertransformasi kembali menjadi “Organizing for Action”, sebuah lembaga yang didesain sebagai organisasi nirlaba dan bergerak pada isu spesifik yang sejalan dengan program politik Obama di periode kedua.

“Organizing for Action” sebagai organisasi nirlaba, memfokuskan diri pada isu spesifik seperti masalah advokasi imigrasi, peredaran dan jual beli senjata api, perubahan iklim, hingga reformasi sistem jaminan kesehatan. OFA baru yang diresmikan pada awal tahun 2013 ini, cerdas menempatkan diri. Mereka tidak lagi mengambil semua ceruk perdebatan politik nasional, konsisten membangun basis di isu tertentu, namun tetap bergerak mengadvokasi pembentukan Undang-Undang dan produk hukum turunannya sebagai organisasi non-partisan.

GSN sebagai sebuah laboratorium pelembagaan relawan politik pasca Pemilu, mungkin bisa mengadaptasi kesuksesan kecil OFA, dengan pengembangan dan penyesuaian sesuai konteks lapangan yang terjadi saat ini. Dalam pidatonya saat peresmian GSN (02/11/2024), Rosan Roeslani juga menyampaikan pentingnya mengawal program Makan Bergizi Gratis, dan perang-perang lain seperti isu kemiskinan, korupsi, dan kesenjangan sosial. Namun dengan spektrum politik yang sangat luas didalamnya, GSN juga harus menavigasi langkah teknis lapangan yang terukur, rapi, dan langsung berdayaguna kepada masyarakat. GSN juga harus memastikan proses pelembagaannya juga bisa menjadi contoh cemerlang layaknya OFA, dimana secara keuangan dan kegiatan mereka selalu terbuka untuk publik dan tetap akuntabel.

Potensi GSN Sebagai Kelompok Penyeimbang

GSN sangat berpotensi sebagai penyeimbang diantara lalu lintas konsolidasi politik. Posisi GSN yang bukan “koalisi” partai politik, memberi keleluasaan untuk mengeksplorasi gerak GSN untuk terjun langsung ke masyarakat. Ketika koalisi parpol bergerak dalam ruang politik kebijakan yang berorientasi pada penataan dan distribusi ruang fiskal seperti APBN dan APBD, GSN bisa bergerak lebih luas dengan menggalang kekuataan dan pendanaan non-konvensial untuk kegiatan-kegiatan pengentasan kemiskinan. Alih-alih mendompleng program Makan Bergizi Gratis, GSN mungkin bisa aktif dengan pemberdayaan peternak ayam yang memproduksi telur, atau fasilitasi cold-storage nelayan, misalnya. Dan semua itu dilakukan dengan meminimalkan sumber keuangan dari Pemerintah.

Melalui praktik advokasi tersebut, GSN akan bisa melembagakan bentuk ke-relawan-an politik dalam aras baru. Kegiatan yang berorientasi pada penciptaan titik tumbuh ekonomi baru, dengan prinsip gotong-royong dan kebersamaan, akan menjadi daya ungkit ekonomi baru diluar “mesin” Pemerintah.

 

Memastikan Keyakinan Publik

Kehadiran GSN membawa optimisme sekaligus juga keraguan. Apakah GSN benar mampu melembagakan diri sebagai kekuatan komplementer bagi koalisi partai politik, atau GSN hanya berakhir sebagai sarana berbagi “kue” kekuasaan di luar koalisi?

Untuk itu, GSN perlu meyakinkan publik dengan beberapa langkah akseleratif. Pertama, GSN harus mengelola pelembagaan keorganisasian sejalan dengan ekspektasi masyarakat yang menginginkan peningkatan kesejahteraan, pemangkasan aturan birokrasi, dan pemberantasan budaya korupsi. Kedua, GSN juga perlu menampilkan diri sebagai organisasi yang terbuka dengan semua spektrum politik karena sifatnya yang akomodatif. Ketiga, GSN juga harus terus memproduksi program dan kegiatan sosial yang lepas dari konfigurasi konflik partai politik, dan setia pada usaha peningkatan kesejahteraan rakyat secara langsung dengan narasi kerukunan nasional yang kuat.

Konsistensi pada penyelesaian masalah rakyat dari pada tarik menarik politik akan membangun keyakinan publik yang kuat. GSN sebagai laboratorium pelembagaan relawan politik, memang menanggung banyak tekanan dan ekspektasi. Organisasi dalam konsep baru seperti GSN memang harus dibangun. Tidak hanya sebagai upaya mengawal pemerintahan Prabowo pasca pelantikan 20 Oktober lalu, namun juga mengawal kesetiaan pada usaha untuk mensejahterakan 284 juta rakyat Indonesia.

 

Sumber artikel:

https://www.theiconomics.com/icon-opinion/gerakan-solidaritas-nasional-sebuah-tantangan-melembagakan-relawan-politik/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

Postingan Terbaru

Gerakan Solidaritas Nasional: Sebuah Tantangan Melembagakan Relawan Politik

Oleh: Sofyan Herbowo. Penulis adalah Director Public Affairs Praxis dan Waketum Public Affairs Forum Indonesia.   Presiden Prabowo Subianto meresmikan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), sebuah organisasi sosial baru yang bertujuan untuk mendukung kebijakan Pemerintahan Prabowo-Gibran, pada Sabtu (02/11/2024) di Indonesia Arena, Senayan, Jakarta. GSN sendiri dinahkodai oleh Roslan Roeslani sebagai ketua umum. Berbagai tokoh nasional

Future Vs What’s Not Going to Change?

Oleh: Agung Laksamana. Penulis adalah Ketua Public Affairs Forum Indonesia Artikel Iconomics – Jeff Bezos adalah Founder dan CEO Amazon, perusahaan global teknologi. Saat ini, Bezos juga salah satu orang terkaya di dunia. Dalam beberapa diskusi bersama para chief executive officer (CEO) dan eksekutif perusahaan, ia menceritakan sering mendapat pertanyaan tentang prediksi pada perubahan yang akan terjadi

Inikah Akhir Dari Social Network?

Oleh: Agung Laksamana. Penulis adalah Ketua Umum Public Affairs Forum Indonesia dan Dewan Kehormatan Perhumas   Iconomics – Judul “Inikah Akhir Dari Social Network?” sensasional. Judul aslinya adalah “The End of the Social Network”. Judul tersebut menjadi cover story majalah The Economist edisi 3 Februari 2024 lalu. Jadi tentunya masih hangat. Topik yang diangkat tersebut

Tantangan Industri Public Affairs di Masa Kini

Peran dan fungsi Public Affairs (PA) yang dimaksimalkan dalam sebuah perusahaan akan memberikan dampak terhadap kemajuan bisnis, mengingat PA merupakan fungsi yang strategis. Masuk di era yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian saat ini, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi praktisi PA. PAFI secara khusus melakukan wawancara dengan Boy Arno Muhamad, Ketua ESG PAFI yang juga

Scroll to Top
Chat WhatsApp
1
Butuh Bantuan?
Selamat Datang di Website Resmi Public Affairs Forum Indonesia.

Silahkan Menghubungi Kami Untuk Mengetahui Informasi Lebih Lanjut.